Senin, 15 April 2013

Hidup di Poepe



Video ini adalah materi pembelajaran dalam Sendawi Forum. Warga Marind belajar untuk memahami realitas relasi sosial dalam konteks hak atas tanah dan pembagian wilayah tanah marga.

 Forum Sendawi adalah sebuah gerakan saling belajar belajar bersama untuk pandai bersama. Seperti Sendawi, setiap orang harus mengalami kesejuhkan, kedamaian, dan kehidupan ketika dia hadir dalam forum sendawi.

Pendekatan Forum Sendawi adalah pendidikan popular yang bersumber pada story telling dan media audio visual (video). Kenapa story telling dan video? Saya dan kawan-kawan percayah bahwa warga di Kampung memilihki banyak informasi, pengetahuan dan cerita-cerita yang sangat kaya. Cerita yang kaya ini harus diangkat dan diceritakan bersama. Karena cerita yang dihadirkan dalam ruang diskusi bersama dan didiskusikan secara bersama-sama akan sangat berguna untuk menemukan solusi dari perspektif rakyat yang tertindas seperti Orang marind yang sedang ditindas dengan kebijakan MIFEE.

Saya banyak belajar dari pengalaman pribadi saya. Sejak kecil, saya tinggal di Kampung Yodom di pinggir sungai Digoel. Saya tinggal bersama bapa dan mama saya yang bertugas sebagai guru di kampung itu. Setia tahun, kami sering melayani tamu, entah itu para penelitih, atau tamu kunjungan Pemerintah atau tamu kunjungan dari Gereja Katolik. Tamu-tamu itu sering bikin pertemuan dengan warga Kampung. Saya sendiri sering hadir mendampingi bapak saya. Saya sering bertanya, mengapa tamu-tamu itu datang ke kampung, mendengar keluhan warga, mencatatnya dan membuat janji untuk membantu warga, tapi hinggga kini tidak ada perubahan kehidupan warga di Kampung saya? Pertanyaan ini membuat saya sadar bahwa tamu-tamu yang sering ke kampung itu hanya ingin menyerap pengetahuan warga demi status sosial mereka, seperti jika tamu itu seorang dosen, maka dia ingin menyerap pengetahuan dari warga untuk karir dan status akademiknya, dll.

Inilah yang menjadi latar belakang saya ingin terlibat bersama dengan kawan-kawan dalam Forum Sendawi, dengan tujuan untuk membangkitkan pengetahuan-pengetahuan kaum tertindas dan melawan dominasi informasi yang cenderung menindas mereka demi sebuah gerakan pembebasan menujuh pemerdekaan sejatih.

Maka, Forum Sendawi terbentuk sebagai sebuah gerakan, sebuah study sel yang dibentuk oleh komunitas rakyat.

Sabtu, 13 April 2013

Kisah PEPERA 1969


Witnesses talk about what really happened during West Papua's (supposed) Act of Free Choice (or in Indonesian Penentuan Pendapat Rakyat, PEPERA), in July 1969. The testimonies reject the Indonesian government's claim that the people of Papua willingly voted to be integrated with Indonesia. They say people were intimidated, tricked and even killed during the process. Mama Rosa Tambaib was the woman who read out the PEPERA statement of integration, and Elias Yos Moiwend helped the Indonesian Armed Forces to socialise PEPERA to villagers.

Suara Piluh di Wamena


Video ini adalah sebuah ulasan tentang refleksi situasi hak asasi manusia 2012 di Wamena, Papua.

Footage dan foto dalam video ini adalah dokumentasi tentang:

    Pada tanggal 6 Juni 2012, anggota Batalyon 756 Wimane Sili menggunakan mobil milik Wimane Sili dan berhenti di depan SD YPPK Santo Yakobus Honelama, Setelah mengatur starategi didepan SD YPPK Honelama, pasukan mulai memegang sangkur dan senjata sambil berjalan kaki adapun juga diatas mobil dengan senjata lengkap dan mulai melakukan penembakan sambil menuju ke tempat kejadian perkara.

    Pada tanggal 18 Desember 2012, sekitar 100 orang Papua protes pembakaran honai adat Lani Pago Baliem di kantor Bupati Jayawijaya, Wamena. Tiga hari sebelumnya, polisi menembak dan menewaskan ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Hubertus Mabel. Pembakaran honai adat juga terjadi hari itu. Yohanes Djonga, seorang pastor gereja Katholik di Wamena, ikut bicara. Dia singgung soal anak Papua lain, Agus Hiluka, diborgol dan disiksa aparat keamanan. Hiluka diduga membakar sebuah kantor polisi di Wamena. Terlepas dari dugaan Hiluka melakukan kekerasan tapi dia berhak mendapat perlakuan hukum yang profesional dari polisi. Dia pingsan, diborgol dan mata hancur. Repotnya transparansi bukan bagian dari kerja polisi Indonesia di Papua. Kekerasan tak pernah berhenti di Wamena. Dalam bulan Desember, setidaknya, empat orang Papua meninggal karena kekerasan. Seorang anak muda mengirim video ini ke Jakarta dan minta saya sebarkan. Yohanes Djonga adalah penerima penghargaan hak asasi manusia Yap Thiam Hien pada 2009.

Love Letter to a Soldier


A letter from a Papuan woman to an Indonesian soldier who was once based in her village on the PNG-Indonesian border. Theirs was a controversial relationship but she begs him to return to meet their three-year-old daughter: "I will continue to wait for you, Samsul. I don't care what people say."

NOTA PASTORAL KWI TAHUN 2013


KETERLIBATAN GEREJA DALAM MELESTARIKAN
 KEUTUHAN CIPTAAN”
PENGANTAR

1. Nota Pastoral Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 2012 berjudul: KETERLIBATAN GEREJA DALAM MELESTARIKAN KEUTUHAN CIPTAAN. Dengan memilih judul tersebut, Gere-ja ingin mengajak seluruh umat Katolik untuk memberi perhatian, meningkatkan kepedulian dan tindakan partisipatif dalam menjaga, memperbaiki, melindungi dan melestarikan ke-utuhan ciptaan dari berbagai macam kerusakan. Nota Pastoral ini dimaksudkan sebagai ba-han pembelajaran pribadi atau bersama bagi seluruh umat dan siapapun yang mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah lingkungan hidup dan usaha-usaha untuk menjaga, memperbaiki, melindungi dan memulihkannya. 

Salah Pilih Indonesia


Kesaksian para warga eks pengungsi Timor Leste di Kupang, NTT. Mereka adalah korban politik yang terabaikan. Pada tahun 1999, mereka mengungsi ke Kupang, setelah Timor Leste merdeka sebagai sebuah negara yang berdaulat. Pilihan politik untuk dukung Timor Leste menjadi bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia ternyata tidak seindah harapan mereka. pemerintah Indonesia mengabaikan hak-hak mereka.